Catatan Penderita Diabetes Tipe 2 ep. 1

Sudah hampir dua tahun dokter memvonis saya menderita diabetes, dan tidak tanggung tanggung, langsung di stadium tertinggi. Pertama kali periksa, diabetes saya (HBA1C) ternyata sudah di angka 8, yang berarti dalam level buruk.

Saya kaget bukan kepalang, meskipun tetap berusaha tenang, karena di pikiran saya, ada Ibu saya yang harus saya urus, karena ibu menderita psikosis. Saya ikuti anjuran dokter untuk mengkonsumsi metformin dan glimepiride setiap selesai makan.

Setahun berlalu, kepala saya mulai sakit dan kaki mulai sering sekali kesakitan, emosi juga seringkali tidak bisa saya kendalikan, gampang marah, dan susah konsentrasi dengan apa yang saya kerjakan. Saya membandingkan diri saya di tahun 2014 dengan diri saya di tahun 2006.

Pada rentang tahun 2006  saya memulai pekerjaan saya di dunia entertainment sebagai seorang crew di PBIJ (Pusat Berita Infotainment Jakarta), milik Gugun Gondrong. Saya bisa bekerja dengan baik, bahkan multi tasking, semua pekerjaan bisa saya handle sampai mengerjakan event di Malaysia, Penang, Singapore dan seluruh Indonesia.

Demikian pula pada tahun tahun berikutnya dimana saya bekerja di beberapa perusahaan berbeda seperti Seven Stars Entertainment, Musica Studios (road manager d.o.t), Hits Records serta menjalankan usaha kecil yang lain.

Memasuki 2014, semuanya berubah, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, saya kurang produktif, tidak bisa lagi kerja dari pagi sampe pagi.

Satu tahun berjalan, seiring dengan usia pernikahan saya, di akhir 2015 kembali saya periksa HBA1C saya, dan alangkah kaget nya saya ternyata sudah di angka 13.7 yang berarti buruk sekali. Disitu dokter akhirnya memutuskan bahwa saya harus suntik insulin setiap sebelum makan.

Setiap hari minimal dua jarum suntik menembus kulit dan lemak saya, rasanya sungguh tidak mengenakkan. Tiga bulan berjalan sejak 24 Desember 2015, akhirnya pada maret 2016 saya memeriksakan diri, dan HBA1C saya berkurang menjadi 12.3. Ini berarti ada kemajuan dalam pengobatan dengan insulin ini.

Saya merasa cukup senang dengan hasil tersebut, dengan begitu saya memiliki waktu yang cukup lama untuk mengurus Ibu saya dan Istri saya, Meskipun saya sangat sadar bahwa diabetes tidak dapat disembuhkan. Setiap pengobatan yang di lakukan hanya untuk mencegah komplikasi yang lebih lanjut.

Sekarang ini komplikasi yang saya alami adalah neuropati, jari sering kesemutan, syaraf di kepala sering terasa sakit, telinga berdenging, pandangan kabur dll. Biasanya dokter akan kasih saya vitamin forneuro untuk membantu memberi asupan untuk syaraf yang rusak.

Setiap harinya saya berusaha berfikir positif bahwa hidup saya masih cukup panjang walau dengan penyakit ini. Namun sesekali juga saya mempersiapkan diri saya untuk menghadapi kematian yang bisa datang kapanpun lebih cepat dibanding mereka yang tidak mengidap penyakit kronis seperti diabetes ini.

Menjalani hidup dengan diabetes ini malah semakin membuat saya berfikir mengenai asal mula terciptanya alam semesta dan juga manusia, beragam teori muncul di kepala saya, melihat kejadian kelahiran seorang anak hingga kematian seseorang semakin saya terus berusaha berfikir bagaimana kejadian ini bisa terjadi. Meskipun, Al Qur' an juga sudah memberitahu bagaimana seorang manusia di ciptakan, malaikat dan syaitan diciptakan, dan saya sangat meyakini itu benar. Dan saya sangat meyakini bahwa Allah S.W.T benar benar ada dan memantau setiap pergerakan kita.

Suatu ketika, sepulang dari belanja keperluan pribadi, saya berucap dalam hati, Ya Allah, tolong kirim bantuan untuk membawa segala belanjaan ini, dan ternyata betul, adik sepupu saya muncul dan kemudian membantu saya.

Yang berikutnya lagi, saya yakin betul bahwa Allah S.W.T memang ada dan menjamin segala rezeki manusia, saya pernah bermimpi bertemu nabi Muhammad S.A.W (hanya Allah yang tahu kebenaran nya).

Dunia yang kita tinggali ini memang hanya untuk sementara, maka perbanyak lah berbuat baik.



Komentar

Postingan Populer